Oleh Sholihin HZ** (Sekretaris Umum PW IPIM Kalimantan Barat)
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Qs. Al Ahzab/ 33: 41-42. Demikian diantara dasar utama perintah berzikir. Zikir bermakna mengingat. Mengingat Allah SWT. Bagaimana kondisi saat mengingat Allah? Quran surah Ali Imran/ 3: 191 menjawab: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” Pertanyaan berikutnya yang bisa diajukan, bagaimana caranya? Zikir bisa dilakukan dengan tiga cara.
Pertama, zikir dengan hati. Selalu menghadirkan Allah dalam kontemplasi dan perenungan diri. Menghadirkan IA dalam setiap denyutan nadi dan lintasan hati. Seseorang bertanya, bagaimana kita tahu posisi dan keadaan kita dalam pandangan Allah? Maka dinyatakan jika engkau ingin tahu bagaimana posisi dan nilai dalam pandangan Allah SWT maka letaknya pada sejauh mana engkau meletakkan Allah dalam hidup dan hatimu. Orang yang berzikir berarti orang yang ingat. Orang yang ingat bermakna meskipun tidak hadir secara ragawi tetapi sesungguhnya ia merasa Allah hadir dan melihatnya. Kekuatan inilah yang menyebabkan para nabi dan rasul, wali Allah dan orang-orang saleh kala mereka menghadapi hal yang tidak mengenakkan mereka sangat yakin bahwa Allah hadir dan tidak mungkin menyengsarakan mereka. Kalaupun harus dilewati itu semata untuk mengangkat derajat-derajat mereka.
Kedua zikir dengan lisan. Lisan adalah cerminan hati, apa yang menjadi sumber di hati kemudian tercerminkan melalui lisan. Lisan yang selalu berzikir maka itulah suasana hatinya. Banyak ditemukan nash yang mengajarkan zikir dengan lisan. Diantaranya, satu hari para sahabat Nabi SAW yang mulia sedang berbincang-bincang di bawah pohon yang kondisi pohonnya hamper mengering dan daunnya berjatuhan. Kemudian Nabi SAW berujar kepada sahabatnya, “Wahai Sahabatku, maukah aku ajarkan kepada kalian kalimat zikir yang jika kalian amalkan maka dosa-dosa kecil kalian akan berguguran sebagaimana gugurnya daun-daun ini” (lantas Rasulullah saw memukulkan tongkatnya dan memukulkannya ke pohon itu seketika daun-daun berguguran). “Baik ya Rasulullah”, kata sahabat. Apa zikirnya? Zikirnya adalah subhanallah walhamdulillah wala ilahaillallah wallahu akbar. Banyak zikir yang dijarkan Rasulullah semoga menjadi amalan kita hendaknya.
Ketiga adalah zikir dengan anggota tubuh. Zikir dengan tubuh bermakna dengan amal shaleh (perbuatan). Syukur adalah diantar cara mengingat Allah, dengan cara apa? Dengan cara berbagi kala menerima upah, kala menerima gaji. Bukan besarnya yang dinilai Allah, shadaqah sesuai kadar kemampuan kita. Keikhlasan dan memahami bahwa shadaqah adalah perintah agama maka ia tetap bernilai disisi Allah. Tepatnya, bersyukur dengan berbagi adalah memahami bahwa syukur kita bukan sebatas nikmat materi yang diterima tapi bahwa Sang Pemberi Nikmat yakni Allah SWT masih mengucurkan nikmatnya pada kita.
Zikir memiliki peran yang sangat penting dalam menyucikan hati dan jiwa manusia. Baik dalam konteks agama Islam maupun dalam kehidupan sosial, zikir sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketenangan jiwa. Di sisi lain, orang yang tidak berzikir cenderung terjebak dalam kesibukan dunia, mengabaikan aspek spiritual dalam kehidupannya. Perumpamaan orang yang berzikir dan tidak adalah ibarat orang hidup dan yang mati. Dalam shohih Bukhari disebutkan, “matsalul ladzi yazkuru robbahu walladzi la yazkuru robbahu, matsalul hayyi wal mayyiiti”, artinyaperumpamaan orang yang berzikir dan yang tidak berzikri (mengingat) tuhannya seperti antara orang hidup dan mati.
Dengan berzikir hati, lisan dan perbuatan, harapan kita semoga kalimat-kalimat thoyyibah yang akan mengakhiri kalam kita kala menghadap Allah SWT. Semoga.
————————-