TEXT TAUSIYAH: KEUTAMAAN MEMAKMURKAN MASJID DAN PERANANNYA BAGI UMAT ISLAM

Text Tausiyah: Keutamaan Memakmurkan Masjid dan Peranannya Bagi Umat Islam Oleh: Dr. Sumin, M.Si. Bismillahirrahmanirrahim… Hadirin Jamaah yang Dirahmati Allah. Marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah melimpahkan nikmat iman dan Islam kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya yang setia mengikuti sunnahnya hingga hari kiamat. Pada kesempatan yang penuh berkah ini, izinkan saya mengajak diri saya pribadi dan hadirin sekalian untuk merenungkan keutamaan memakmurkan masjid serta peranannya yang sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Jamaah yang Berbahagia, Masjid, dalam sejarah Islam, bukan sekadar tempat untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Masjid memiliki fungsi yang sangat penting dalam membangun dan memperkokoh umat Islam. Dari zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hingga saat ini, masjid selalu menjadi pusat segala aktivitas keagamaan dan sosial bagi kaum muslimin. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an: إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18). Ayat ini menegaskan bahwa memakmurkan masjid adalah ciri khas dari orang-orang yang beriman. Memakmurkan masjid tidak hanya dengan merawat bangunan fisiknya saja, tetapi juga dengan mengisi masjid dengan berbagai aktivitas ibadah dan sosial yang mendekatkan diri kepada Allah dan meneguhkan ukhuwah di antara kaum muslimin. Hadirin yang Dimuliakan Allah, Fungsi dan Peranan Masjid bagi Umat Islam Pusat Ibadah Masjid adalah tempat utama untuk melaksanakan shalat, terutama shalat berjama’ah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلًا فِي الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ “Barangsiapa yang pergi ke masjid pada pagi atau petang hari, maka Allah akan menyediakan tempat tinggal baginya di surga setiap kali ia pergi pagi atau petang hari.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pahala besar yang dijanjikan Allah ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran kita di masjid. Shalat berjama’ah di masjid juga meningkatkan rasa kebersamaan dan kekompakan di antara umat Islam. Pusat Pendidikan dan Pembelajaran Masjid pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga berfungsi sebagai pusat pendidikan. Di masjid, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan Al-Qur’an, hadis, dan ilmu agama lainnya kepada para sahabat. Tradisi ini dilanjutkan oleh para ulama setelahnya dengan mengadakan halaqah, ceramah, dan kajian-kajian ilmu di masjid. Dalam konteks saat ini, masjid masih menjadi tempat yang sangat ideal untuk menuntut ilmu. Kita bisa mengadakan kajian rutin, belajar membaca Al-Qur’an, dan mempelajari ilmu-ilmu keislaman lainnya di masjid. Dengan demikian, masjid menjadi pusat pembelajaran yang mengokohkan pemahaman kita tentang agama dan memperkuat iman. Pusat Sosial dan Kesejahteraan Umat Masjid juga berperan sebagai pusat kegiatan sosial dan kesejahteraan umat. Dalam sejarah, masjid adalah tempat di mana kaum muslimin berkumpul untuk membahas masalah-masalah sosial dan mencari solusi bersama. Masjid juga menjadi tempat pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan sedekah untuk membantu kaum fakir miskin dan mereka yang membutuhkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَىٰ مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَىٰ لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّىٰ “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, menyayangi, dan tolong-menolong adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dan demam.” (HR. Muslim). Dengan memakmurkan masjid, kita juga memperkuat solidaritas di antara umat Islam, saling membantu dan menyokong dalam setiap keadaan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Masyarakat Masjid juga berfungsi sebagai tempat pembinaan karakter dan pengembangan masyarakat. Di masjid, kita belajar tentang akhlak yang mulia, bagaimana menjadi pribadi yang baik, dan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia sesuai dengan ajaran Islam. Masjid adalah tempat di mana kita mendengarkan nasihat dan tausiyah yang menguatkan iman dan memperbaiki akhlak kita. Dalam hadis lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Dengan seringnya kita hadir di masjid, kita akan semakin terlatih untuk memiliki akhlak yang baik dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat sekitar. Kisah Teladan dari Sahabat Nabi Untuk lebih memperjelas pentingnya memakmurkan masjid, mari kita renungkan kisah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Abdullah bin Ummi Maktum Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau adalah seorang sahabat yang buta, namun sangat bersemangat untuk tetap shalat berjama’ah di masjid. Suatu ketika, Abdullah bin Ummi Maktum datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan meminta keringanan untuk tidak shalat berjama’ah di masjid karena kebutaannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam awalnya memberikan izin, tetapi kemudian beliau bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?” Abdullah bin Ummi Maktum menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kalau begitu, penuhilah panggilan tersebut.” (HR. Muslim). Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya shalat berjama’ah di masjid, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Jika Abdullah bin Ummi Maktum yang buta saja masih diwajibkan untuk hadir di masjid, maka bagaimana dengan kita yang diberikan kesehatan dan kemudahan? Jamaah yang Beriman, Memakmurkan masjid adalah tugas kita bersama sebagai umat Islam. Kita harus menyadari bahwa masjid adalah jantung kehidupan umat Islam, tempat kita memperkuat iman, belajar ilmu, meningkatkan solidaritas, dan membina akhlak. Mari kita jadikan masjid sebagai pusat kehidupan kita, tempat kita selalu merindukan kehadiran, dan tempat kita selalu mendapatkan ketenangan dan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa memakmurkan masjid-masjid-Nya, yang selalu merindukan rumah-rumah Allah ini, dan yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya melalui berbagai aktivitas ibadah di masjid. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

TEXT KHOTBAH JUMAT: PANCASILA SEBAGAI KRISTALISASI NILAI-NILAI LUHUR AGAMA

Pancasila Sebagai Kristalisasi Nilai-Nilai Luhur Agama Oleh: Dr. Sumin, M.Si Khutbah Pertama الحَمْدُ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. Amma ba’du. Ma’asyiral Muslimin, sidang Jumat yang dirahmati Allah. Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai seorang Muslim, ketakwaan inilah yang menjadi landasan bagi setiap langkah dan tindakan kita dalam kehidupan, sebagai seorang hamba yang mengharap ridha dan rahmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ “Yā ayyuhalladzīna āmanū ittaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn” Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102) Rasulullah SAW juga bersabda: اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “Ittaqillāha ḥaithumā kunta, wa atbiʿi as-sayi’ata al-hasanata tamḥuhā, wa khāliqin-nāsa bi khuluqin ḥasan” Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi) Ma’asyiral Muslimin, hadirin yang dirahmati Allah. Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkan saya untuk mengajak kita semua untuk memahami lebih dalam tentang Pancasila. Baru-baru ini, viral di media sosial pernyataan seorang tokoh dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang mengatakan bahwa “agama adalah musuh Pancasila.” Pernyataan ini jelas sangat tendensius, tidak berdasar, dan bahkan paradoks dari fakta yang sebenarnya. Ungkapan tersebut telah menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Islam, sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia, memiliki banyak nilai yang sejalan dengan Pancasila. Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, misalnya, jelas mencerminkan ajaran Islam tentang tauhid, yaitu keesaan Allah SWT. Dalam QS. Al-Ikhlas ayat 1-4, Allah SWT berfirman: قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ “Qul huwa Allahu ahad, Allahu al-samad, Lam yalid walam yulad, Walam yakun lahu kufuwan ahad” Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4) Ayat ini menegaskan keesaan Allah, yang merupakan inti dari sila pertama Pancasila. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa agama bertentangan dengan Pancasila. Justru sebaliknya, agama adalah sumber dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Ma’asyiral Muslimin, hadirin yang dimuliakan Allah, dalam sejarah perumusan Pancasila, para pendiri bangsa kita yang terdiri dari berbagai latar belakang agama dan budaya, dengan bijaksana dan penuh hikmah, menyepakati Pancasila sebagai dasar negara yang mampu mengakomodasi berbagai kepentingan dan keyakinan masyarakat Indonesia yang majemuk. Mereka memahami bahwa Pancasila adalah kristalisasi dari nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh berbagai agama, termasuk Islam. Sebagai contoh, sila kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”, sangat sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan dan perlakuan yang baik terhadap sesama manusia. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa: 135: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا “Yā ayyuhalladzīna āmanū kūnū qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā’a lillāhi walaw ‘alā anfusikum awil-wālidayni wal-aqrabīn, in yakun ghanīyan aw faqīran fa-Allāhu awlā bihimā fa-lā tattabi’ul hawā an ta’dilū, wa in talwū aw tu’ridū fa-inna Allāha kāna bimā ta’malūna khabīrā” Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 135) Ayat ini dengan tegas memerintahkan umat Islam untuk menegakkan keadilan dan tidak berpihak, bahkan jika harus melawan kepentingan pribadi. Ini sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila. Selanjutnya, sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, juga merupakan refleksi dari ajaran Islam tentang persatuan dan ukhuwah. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 10: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “Innamal-mu’minūna ikhwah fa-aṣliḥū baina akhawaikum wattaqullāha la’allakum turḥamūn” Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10) Ayat ini mengajarkan kita untuk menjaga persatuan dan menghindari pertikaian di antara sesama. Ini sejalan dengan semangat sila ketiga Pancasila yang mengutamakan persatuan Indonesia. Persatuan dalam Islam sangat ditekankan, karena dengan bersatu, umat Islam dapat menghadapi tantangan dan permasalahan dengan lebih kuat dan kokoh. Ma’asyiral Muslimin, hadirin yang dirahmati Allah, sila keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”, juga selaras dengan ajaran Islam yang mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan. Allah SWT berfirman dalam QS. Ash-Shura: 38: وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ “Walladzīna istajābū lirabbihim wa aqāmūṣ-ṣalāta wa amruhum syūrā bainahum wa mimma razaqnāhum yunfiqūn” Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Ash-Shura: 38) Ayat ini menunjukkan pentingnya musyawarah dalam Islam, yaitu proses pengambilan keputusan bersama dengan mempertimbangkan berbagai pendapat dan hikmah. Musyawarah adalah cara terbaik untuk mencapai keputusan yang adil dan bijaksana, sesuai dengan sila keempat Pancasila. Terakhir, sila kelima, “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, sangat sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan sosial dan kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Nahl: 90: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ “Inna Allāha ya’muru bil-‘adli wal-iḥsāni wa itā’i dhil-qurbā wa yanha ‘anil-faḥsyā’i wal-munkari wal-baghi ya’izhukum la’allakum tażakkarūn” Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

TEKS KHOTBAH JUM’AT : TOLONG MENOLONG SESAMA SEBAGAI PERWUJUDAN ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN

Tolong Menolong Sesama sebagai Perwujudan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin Oleh: Dr. Sumin, M.Si Khutbah Pertama الحَْم ُد ّهٰلِلّ َنََْم ُدهُ َونَ ْستَعّينُهُ َونَ ْستَغّْفُرهُ، َونَعُْوذُ ّبِ هٰلِلّ ّم ْن ُشُرْوّر أَنُْف ّسنَا َوّم ْن َسيّٰئَا ّت أَْعَمالّنَا، َم ْن يَْه ّدهّ ا هٰلِلُ فََلَ ُم ّضلَّ لَهُ َوَم ْن يُ ْضلّ ْل فََلَ َهاّد َي لَهُ. أَ ْشَه ُد أَْن َلَ إّهلهَ إَّّلَ ا هٰلِلُ َوْحَدهُ َلَ َشّريْ َك لَهُ، َوأَ ْشَه ُد أََّن ُمََّمًدا َعبْ ُدهُ َوَر ُسْولُهُ، اَلهلُٰهَّم َصّلٰ .َو َسلّْٰم َوَبِّرْك َعلَى َسيّٰ ّدَنَ ُمََّم ٍد َوَعلَى آلّّه َوأَ ْص َحابّّه أَ ْجَْعَّْي Amma ba’du. Ma’asyiral Muslimin, sidang Jumat yang dirahmati Allah. Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan inilah yang menjadi landasan bagi setiap langkah dan tindakan kita dalam kehidupan, sebagai seorang hamba yang mengharap ridha dan rahmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: َون َيَ أَيَُّها الَّّذي َن آَمنُوا اتَُّقوا ا َّلِلَ َح َّق تَُقاتّّه َوَلَ َتَُوتُ َّن إَّّلَ َوأَنْتُْم ُم ْسلّ ُم Yā ayyuhalladzīna āmanū ittaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenarbenar takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: 102) Rasulullah SAW juga bersabda: اتَّّق ا َّلِلَ َحيْثَُما ُكنْ َت Ittaqillāha ḥaithumā kunta Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada.” (HR. Tirmidzi) Ma’asyiral Muslimin, hadirin yang dirahmati Allah. Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita merenungkan kembali makna dan esensi dari ajaran Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Islam diturunkan oleh Allah SWT dengan misi yang agung, yaitu untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anbiya: 107: َوَما أَْرَسلْنَا َك إَّّلَ َرْحَْةً لّلَْعالَّم َي Wa mā arsalnāka illā raḥmatan lil’ālamīn Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107) Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat ini tidak hanya terbatas pada manusia, tetapi juga mencakup seluruh makhluk hidup dan alam semesta. Rahmat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini mencakup segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana kita berinteraksi dengan sesama manusia. Salah satu bentuk nyata dari rahmat ini adalah sikap saling tolong-menolong dan peduli terhadap sesama, terutama bagi mereka yang membutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan, baik itu bantuan materi, moral, maupun spiritual. Tolongmenolong dalam Islam bukan sekadar anjuran, melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda: َمثَلُ الْ ُمْؤّمنّ َي ّفِ تََواّٰدّهْم َوتََرا ُّحّْهْم َوتََعاطُّفّهْم َمثَلُ ا ْلَْ َس ّد إّذَا ا ْشتَ َكى ّمنْهُ عُ ْضٌو تََدا َعى لَهُ َسائُّر ا ْلَْ َس ّد ّبِل َّسَهّر َوا ْلحَُّمى Matsalul mu’minīna fī tawāddihim watarāhumihim wata‘ātufihim matsalul jasadi, idzāsytakā minhu ‘udwun tada‘ā lahū sā’irul jasadi bis-sahari wal-ḥummā Artinya: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan berempati di antara mereka adalah seperti satu tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits ini menggambarkan pentingnya persatuan dan kepedulian di antara umat Islam. Ketika salah satu dari kita mengalami kesulitan, seharusnya yang lain merasa ikut merasakan kesulitan tersebut dan berusaha membantu meringankan bebannya. Inilah wujud nyata dari implementasi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Islam tidak mengajarkan kita untuk bersikap individualistis atau acuh tak acuh terhadap penderitaan orang lain, tetapi sebaliknya, kita diajarkan untuk saling membantu dan mendukung. Sebagai contoh, ketika terjadi bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, atau pandemi, kita melihat bagaimana umat Islam dan masyarakat pada umumnya bahu-membahu memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak. Ini adalah wujud nyata dari implementasi ajaran Islam yang menekankan pentingnya tolong-menolong. Bahkan dalam situasi ekonomi yang sulit, kita tetap dianjurkan untuk berbagi kepada sesama sesuai dengan kemampuan kita. Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran: 134: الَّّذي َن يُنّْفُقوَن ّفِ ال َّسَّراّء َوال َّضَّراّء َوالْ َكا ّظّم َي الْغَيْ َظ َوالَْعافّ َي َع ّن النَّا ّس َوا َّلِلُ ُّيُ ُّب الْ ُم ْح ّسنّ َي Alladzīna yunfiqūna fīssarā’i wadh-dharā’i wal-kādhimīna al-ghaiza wal-‘āfīna ‘anin-nāsi wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orangorang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orangorang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134) Ayat ini menunjukkan bahwa kita dianjurkan untuk tetap berinfak dan membantu sesama, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Tolong-menolong dalam Islam tidak terbatas pada bantuan materi saja, tetapi juga mencakup segala bentuk bantuan yang dapat meringankan beban orang lain, seperti bantuan tenaga, waktu, ilmu, dan doa. Nabi Muhammad SAW juga menekankan pentingnya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Beliau bersabda: َخْيُْ النَّا ّس أَنَْفعُُهْم لّلنَّا ّس Khairun-nāsi anfa‘uhum lin-nāsi Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad) Hadits ini mengajarkan kita bahwa ukuran kebaikan seseorang bukan hanya dilihat dari ibadah yang ia lakukan secara pribadi, tetapi juga dari seberapa besar manfaat yang ia berikan kepada orang lain. Semakin banyak manfaat yang bisa kita berikan kepada sesama, semakin tinggi pula derajat kita di hadapan Allah SWT. Sejarah juga mencatat banyak kisah tentang para sahabat Nabi SAW yang mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi mereka. Salah satu kisah yang masyhur adalah kisah seorang sahabat Nabi, Abdurrahman bin Auf, yang ketika hijrah ke Madinah, beliau membagi hartanya dengan saudaranya dari kaum Anshar. Tindakan ini menunjukkan betapa tinggi nilai tolong-menolong dan kepedulian terhadap sesama dalam Islam. Sebagai seorang Mukmin, kita harus senantiasa berusaha untuk meneladani sikap mulia para sahabat tersebut. Bentuk pertolongan yang bisa kita berikan kepada saudara kita pun beragam, tergantung pada kemampuan kita masing-masing. Bantuan bisa berupa harta, tenaga, waktu, ilmu, atau bahkan sekadar memberikan nasihat yang baik. Yang terpenting adalah niat tulus untuk membantu sesama demi meraih ridha Allah SWT. َْلح َبَِرَك ا هٰلِلُ ّلِ َولَ ُكْم ّفِ الُْقْرآ ّن الْ َكّرّيم، َونََفَعّنِ َوإَّّيَ ُكْم ّبَِا فّيّه ّم َن اْلَْيَ ّت َوال ّٰذْكّر ا ّكيّم، َوتََقبَّ َل ا هٰلِلُ ّمنَّا َوّمنْ ُكْم تَّلََوتَهُ، .إّنَّهُ ُهَو ال َّسّمي ُع الَْعلّيم   Khutbah Kedua الحَْم ُد َّّلِلّ

Sekum PW IPIM Kalimantan Barat Serahkan Buku Karya Pribadi ke PJ Walikota Pontianak BERITA

SEKUM PW IPIM KALIMANTAN BARAT SERAHKAN BUKU KARYA PRIBADI KE PJ WALIKOTA PONTIANAK, 28 AGUSTUS 2024

Sekum PW IPIM Kalimantan Barat Serahkan Buku Karya Pribadi ke PJ Walikota Pontianak, 28 Agustus 2024 Berkesempatan Menyerahkan Buku kepada Pejabat No. 1 di Pemkot. Mengulang Sejarah. Buku 1 – Diserahkan Ke Bp. Sutarmidji (Walikota Pontianak, 2018) dengan judul buku “Be A Smart Person”. Buku 2 – Diserahkan kepada Bp. Edi Rusdi Kamtono (2022) dengan judul buku “Mengenali Obyek Wisata di Kota Pontianak. Buku 3 – Diserahkan Kepada Bp. Ani Sofian (PJ Walikota Pontianak, 28 Agustus 2024) dengan judul buku “Ku Ingin, Semua Pintu Surga Memanggilku”. Buku terakhir ini spesial karena buku ini terbit setelah dinyatakan sebagai nominasi Adi Acharya Award dan diterbitkan oleh CV. Oase Grup Kerjasama GMBI. Buku yang terakhir ini juga, penulis mendapat penghargaan sebagai ‘akademisi inspiratif’. Berkarya Tiada Henti. ***G.30.

© 2024 Created by: Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Kalimantan Barat, Indonesia