BERITA

PW IPIM Kalimantan Barat Sukses Adakan Kajian Bulanan Bersama Prof. Wajidi

Terlaksana dengan baik Kajian Bulanan Zoom Part 2 oleh PW Pengurus IPIM Kalbar yang menghadirkan Pembina PW IPIM Kalimantan Barat, Prof. Dr. KH Wajidi Sayadi, M. Ag. Kegiatan ini dihadiri oleh Bapak Muhajirin Yanis (Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat) dan Bapak Ruslan Hasan (Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak). Terima kasih juga kepada semua kawan PW, kawan-kawan PD, serta Imam Masjid dan calon pimpinan daerah se-Kalimantan Barat. Insya Allah, sesi 3 akan dilanjutkan pada pekan ke-4 akhir November 2024. Kegiatan Zoom yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2024 ini adalah yang kedua kalinya, dengan tema “Fungsi dan Kedudukan Imam dalam Sholat dan Masyarakat.” Kegiatan dipandu oleh Sekretaris Umum PW IPIM, Sholihin HZ, yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh M. Raihan Jamil, anggota bidang pembinaan imam Masjid PD IPIM Kota Pontianak. Dalam sambutannya, Muammar Khadafi, Lc., MH selaku Ketua Umum PW IPIM Kalimantan Barat menyampaikan pentingnya kajian ini. Beliau menyatakan bahwa peran imam masjid tidak hanya sebatas sebagai pemimpin sholat, tetapi juga sebagai teladan dan panutan dalam kehidupan bermasyarakat. “Imam masjid merupakan sosok yang diharapkan dapat membawa nilai-nilai agama ke dalam kehidupan sehari-hari, membimbing umat, serta menjadi jembatan antara masyarakat dan ajaran Islam. Dalam konteks ini, kita perlu memperkuat pemahaman dan penguasaan imam terhadap ilmu agama, agar mereka dapat menjalankan tugas ini dengan baik” ujar Imam Tetap Masjid Raya Mujahidin. Lanjut Muammar, “Lebih jauh lagi, kajian ini juga bertujuan untuk menyadarkan kita semua akan pentingnya kolaborasi antara imam masjid, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Kualitas seorang imam akan berpengaruh pada kualitas umat, dan sebaliknya, masyarakat yang baik juga akan melahirkan imam yang berkualitas”. Selanjutnya, Prof. Wajidi menyampaikan pembahasannya tentang syarat dan ketentuan imam serta kedudukannya yang seharusnya dalam masyarakat. Nara sumber yang juga merupakan guru besar Ilmu Hadits di IAIN Pontianak, memulai pemaparannya dengan membahas terminologi kata “imam,” “ummat,” dan “ummi,” yang semuanya berasal dari akar kata yang sama, yaitu أمَّ – يَؤُمُّ (amma-yaummu), yang berarti menuju, harapan, tumpuan, dan panutan. Ia menjelaskan bahwa seorang IMAM (pemimpin) adalah tumpuan harapan bagi UMMAT (masyarakat), yang mengharapkan mereka sebagai teladan dan panutan. Demikian pula, Ibu disebut UMMI karena menjadi tumpuan hati, harapan, dan teladan dalam pembinaan umat melalui rumah tangga. Lanjut Prof. Wajidi, “Hal ini menunjukkan bahwa di tengah-tengah UMMAT terdapat IMAM, dan peran seorang UMMI memiliki keterkaitan yang erat. Kualitas UMMAT sangat dipengaruhi oleh kualitas IMAM, dan sebaliknya, kualitas IMAM juga dipengaruhi oleh kualitas umatnya. Semua ini berawal dari pendidikan yang dilakukan di rumah tangga, yang banyak dimotori oleh seorang UMMI. Dengan demikian, peran IMAM dan UMMI sangat penting dalam membangun masyarakat yang berkualitas dan saling mendukung satu sama lain”. Demikian pembahasan Prof. Wajidi yang juga Pengurus MUI Provinsi Kalimantan Barat.**(1706)

Pilkada sebagai Proses Pendidikan

Oleh Sholihin HZ** Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) Kalimantan Barat semakin dekat, persiapan dan tahapan sudah berjalan sesuai jadwalnya. Informasi dari https://pontianakpost.jawapos.com/metropolis bahwa 25 September – 25 November 2024 merupakan masa kampanye oleh masing-masing paslon.  ketiga kandidat yang dinyatakan sebagai cagub dan cawagub adalah pasangan Sutarmidji – Didi Haryono, Ria Norsan – Krisantus Kurniawan dan pasangan Muda Mahendrawan – Jakius Sinyor. Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) dalam berbagai jenjangnya dapat dipandang sebagai proses pembelajaran tentang berorganisasi bahkan bernegara. Karena didalamnya sarat dengan unsur pendidikan maka tahapannya harus mencerdaskan pelakunya. Nilai pendidikan apa yang bisa diikuti layaknya sebuah lembaga pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses yang setiap tahapannya semakin lama harus semakin baik dan harus diikuti siapapun. Berbagai tata tertib sekolah wajib diikuti oleh siswanya. Berperan sebagai orang dewasa adalah semua guru dan tenaga pendidiknya dan dalam konteks ini maka pendidik dan tenaga kependidikan harus memberikan contoh untuk taat dan tertib pada aturan yang berlaku. Diantara nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari proses pilkada (Pemilihan Kepala Daerah). Pertama, masyarakat belajar mengenal visi misi, serta program kerja yang ditawarkan. Disinilah nampak cerdasnya seorang calon pemimpin dan masyarakat menilainya apakah programnya bisa direalisasikan atau sekedar janji belaka. Kedua, memahami hak dan kewajiban. Aktif dalam proses ini adalah kewajiban bagi warga negara dan mendapatkan pelayanan yang baik dari siapapun kala sudah terpilih adalah haknya. Masyarakat mendapatkan pemahaman tentang hak mereka sebagai pemilih dan kewajiban mereka dalam berpartisipasi dalam proses demokrasi. Berikutnya adalah pembelajaran tentang proses demokrasi. Mulai dari pencalonan, kampanye, pemungutan suara hingga tahap pengesahan. Masyarakat -tentunya contoh dari calon pemimpin- untuk dapat pencerahan terkait proses demokrasi harus diberikan keteladanan oleh pelaku atau pengambil keputusan yang terkait. Keempat, pilkada harus difahami sebagai cara negara untuk memilih yang terbaik dari yang baik guna melaksanakan program pembangunan yang akan datang. Karenanya track record dan rekam jejak sang calon menjadi pertimbangan dan harus dipublikasikan. Untuk apa? Kesalahan memilih berpengaruh pada pembangunan di tahun-tahun mendatang. Tentu yang dipilih adalah yang terbaik dan visioner. Pilkada bukan hanya sekadar ajang untuk memilih pemimpin, tetapi juga merupakan kesempatan untuk mendidik masyarakat tentang pentingnya keterlibatan politik. Dengan memahami proses ini, diharapkan masyarakat akan lebih aktif dan kritis dalam berpartisipasi dalam kehidupan politik di masa depan. Pendidikan dalam Pilkada diharapkan menjadi media pembelajaran bagi warganya. Sejatinya pendidikan adalah mencerdaskan dan terjadi perubahan dalam cara berpikir karena pendidikan adalah mengubah sudut pandang. Pilkada: Bagaimana Sikap Kita Semoga Pilkada Kalimantan Barat berjalan lancar, aman, kondusif dan terpilihnya pimpinan yang berkualitas. —————————— Sekum PW IPIM Kalimantan Barat

Mereka Bagaikan Perumpamaan Orang yang Hidup dan yang Mati

Oleh Sholihin HZ**                                      (Sekretaris Umum PW IPIM Kalimantan Barat)                     “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Qs. Al Ahzab/ 33: 41-42. Demikian diantara dasar utama perintah berzikir. Zikir bermakna mengingat. Mengingat Allah SWT. Bagaimana kondisi saat mengingat Allah? Quran surah Ali Imran/ 3: 191 menjawab: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” Pertanyaan berikutnya yang bisa diajukan, bagaimana caranya? Zikir bisa dilakukan dengan tiga cara. Pertama, zikir dengan hati. Selalu menghadirkan Allah dalam kontemplasi dan perenungan diri. Menghadirkan IA dalam setiap denyutan nadi dan lintasan hati. Seseorang bertanya, bagaimana kita tahu posisi dan keadaan kita dalam pandangan Allah? Maka dinyatakan jika engkau ingin tahu bagaimana posisi dan nilai dalam pandangan Allah SWT maka letaknya pada sejauh mana engkau meletakkan Allah dalam hidup dan hatimu. Orang yang berzikir berarti orang yang ingat. Orang yang ingat bermakna meskipun tidak hadir secara ragawi tetapi sesungguhnya ia merasa Allah hadir dan melihatnya. Kekuatan inilah yang menyebabkan para nabi dan rasul, wali Allah dan orang-orang saleh kala mereka menghadapi hal yang tidak mengenakkan mereka sangat yakin bahwa Allah hadir dan tidak mungkin menyengsarakan mereka. Kalaupun harus dilewati itu semata untuk mengangkat derajat-derajat mereka. Kedua zikir dengan lisan. Lisan adalah cerminan hati, apa yang menjadi sumber di hati kemudian tercerminkan melalui lisan. Lisan yang selalu berzikir maka itulah suasana hatinya. Banyak ditemukan nash yang mengajarkan zikir dengan lisan. Diantaranya, satu hari para sahabat Nabi SAW yang mulia sedang berbincang-bincang di bawah pohon yang kondisi pohonnya hamper mengering dan daunnya berjatuhan. Kemudian Nabi SAW berujar kepada sahabatnya, “Wahai Sahabatku, maukah aku ajarkan kepada kalian kalimat zikir yang jika kalian amalkan maka dosa-dosa kecil kalian akan berguguran sebagaimana gugurnya daun-daun ini” (lantas Rasulullah saw memukulkan tongkatnya dan memukulkannya ke pohon itu seketika daun-daun berguguran). “Baik ya Rasulullah”, kata sahabat. Apa zikirnya? Zikirnya adalah subhanallah walhamdulillah wala ilahaillallah wallahu akbar. Banyak zikir yang dijarkan Rasulullah semoga menjadi amalan kita hendaknya. Ketiga adalah zikir dengan anggota tubuh. Zikir dengan tubuh bermakna dengan amal shaleh (perbuatan). Syukur adalah diantar cara mengingat Allah, dengan cara apa? Dengan cara berbagi kala menerima upah, kala menerima gaji. Bukan besarnya yang dinilai Allah, shadaqah sesuai kadar kemampuan kita. Keikhlasan dan memahami bahwa shadaqah adalah perintah agama maka ia tetap bernilai disisi Allah. Tepatnya, bersyukur dengan berbagi adalah memahami bahwa syukur kita bukan sebatas nikmat materi yang diterima tapi bahwa Sang Pemberi Nikmat yakni Allah SWT masih mengucurkan nikmatnya pada kita. Zikir memiliki peran yang sangat penting dalam menyucikan hati dan jiwa manusia. Baik dalam konteks agama Islam maupun dalam kehidupan sosial, zikir sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketenangan jiwa. Di sisi lain, orang yang tidak berzikir cenderung terjebak dalam kesibukan dunia, mengabaikan aspek spiritual dalam kehidupannya. Perumpamaan orang yang berzikir dan tidak adalah ibarat orang hidup dan yang mati. Dalam shohih Bukhari disebutkan, “matsalul ladzi yazkuru robbahu walladzi la yazkuru robbahu, matsalul hayyi wal mayyiiti”, artinyaperumpamaan orang yang berzikir dan yang tidak berzikri (mengingat) tuhannya seperti antara orang hidup dan mati. Dengan berzikir hati, lisan dan perbuatan, harapan kita semoga kalimat-kalimat thoyyibah yang akan mengakhiri kalam kita kala menghadap Allah SWT. Semoga. ————————-

Giat PW IPIM dalam “KLIK”

Anggota Bidang Media dan Humas PW IPIM Kalimantan Barat, Effendi MZ dalam Giat Penyuluhan Hukum bersama Tim Biro Hukum & MOderasi Beragama Sekjen Kementerian Agama pada hari Jumat (11/10) di Hotel Harris Jalan Gajahmada Pontianak.

Mereka Bagaikan Perumpamaan Orang yang Hidup dan yang Mati

Oleh Sholihin HZ** (Sekretaris Umum PW IPIM Kalimantan Barat)                     “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Qs. Al Ahzab/ 33: 41-42. Demikian diantara dasar utama perintah berzikir. Zikir bermakna mengingat. Mengingat Allah SWT. Bagaimana kondisi saat mengingat Allah? Quran surah Ali Imran/ 3: 191 menjawab: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.” Pertanyaan berikutnya yang bisa diajukan, bagaimana caranya? Zikir bisa dilakukan dengan tiga cara. Pertama, zikir dengan hati. Selalu menghadirkan Allah dalam kontemplasi dan perenungan diri. Menghadirkan IA dalam setiap denyutan nadi dan lintasan hati. Seseorang bertanya, bagaimana kita tahu posisi dan keadaan kita dalam pandangan Allah? Maka dinyatakan jika engkau ingin tahu bagaimana posisi dan nilai dalam pandangan Allah SWT maka letaknya pada sejauh mana engkau meletakkan Allah dalam hidup dan hatimu. Orang yang berzikir berarti orang yang ingat. Orang yang ingat bermakna meskipun tidak hadir secara ragawi tetapi sesungguhnya ia merasa Allah hadir dan melihatnya. Kekuatan inilah yang menyebabkan para nabi dan rasul, wali Allah dan orang-orang saleh kala mereka menghadapi hal yang tidak mengenakkan mereka sangat yakin bahwa Allah hadir dan tidak mungkin menyengsarakan mereka. Kalaupun harus dilewati itu semata untuk mengangkat derajat-derajat mereka. Kedua zikir dengan lisan. Lisan adalah cerminan hati, apa yang menjadi sumber di hati kemudian tercerminkan melalui lisan. Lisan yang selalu berzikir maka itulah suasana hatinya. Banyak ditemukan nash yang mengajarkan zikir dengan lisan. Diantaranya, satu hari para sahabat Nabi SAW yang mulia sedang berbincang-bincang di bawah pohon yang kondisi pohonnya hamper mengering dan daunnya berjatuhan. Kemudian Nabi SAW berujar kepada sahabatnya, “Wahai Sahabatku, maukah aku ajarkan kepada kalian kalimat zikir yang jika kalian amalkan maka dosa-dosa kecil kalian akan berguguran sebagaimana gugurnya daun-daun ini” (lantas Rasulullah saw memukulkan tongkatnya dan memukulkannya ke pohon itu seketika daun-daun berguguran). “Baik ya Rasulullah”, kata sahabat. Apa zikirnya? Zikirnya adalah subhanallah walhamdulillah wala ilahaillallah wallahu akbar. Banyak zikir yang dijarkan Rasulullah semoga menjadi amalan kita hendaknya. Ketiga adalah zikir dengan anggota tubuh. Zikir dengan tubuh bermakna dengan amal shaleh (perbuatan). Syukur adalah diantar cara mengingat Allah, dengan cara apa? Dengan cara berbagi kala menerima upah, kala menerima gaji. Bukan besarnya yang dinilai Allah, shadaqah sesuai kadar kemampuan kita. Keikhlasan dan memahami bahwa shadaqah adalah perintah agama maka ia tetap bernilai disisi Allah. Tepatnya, bersyukur dengan berbagi adalah memahami bahwa syukur kita bukan sebatas nikmat materi yang diterima tapi bahwa Sang Pemberi Nikmat yakni Allah SWT masih mengucurkan nikmatnya pada kita. Zikir memiliki peran yang sangat penting dalam menyucikan hati dan jiwa manusia. Baik dalam konteks agama Islam maupun dalam kehidupan sosial, zikir sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketenangan jiwa. Di sisi lain, orang yang tidak berzikir cenderung terjebak dalam kesibukan dunia, mengabaikan aspek spiritual dalam kehidupannya. Perumpamaan orang yang berzikir dan tidak adalah ibarat orang hidup dan yang mati. Dalam shohih Bukhari disebutkan, “matsalul ladzi yazkuru robbahu walladzi la yazkuru robbahu, matsalul hayyi wal mayyiiti”, artinyaperumpamaan orang yang berzikir dan yang tidak berzikri (mengingat) tuhannya seperti antara orang hidup dan mati. Dengan berzikir hati, lisan dan perbuatan, harapan kita semoga kalimat-kalimat thoyyibah yang akan mengakhiri kalam kita kala menghadap Allah SWT. Semoga. ————————-

KAJIAN DAN TAUSIYAH

Bersyukurlah Pada Sang Pemberi Nikmat

Oleh: Sholihin, M.Pd. (Sekretaris Umum PW IPIM Kalimantan Barat)   Dalam al Quran al Karim, Allah SWT menyatakan: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18). Ayat ini secara tegas menyebutkan bahwa kita tidak akan sanggup menghitung nikmat Allah SWT, mencoba untuk menghitungnya sudah tidak mampu, bahkan IA sudah memaklumkan manusia tidak akan bisa menghitungnya. Sangat banyak nikmat yang kita terima bahkan sejak kita masih dalam kandungan berbagai kandungan sudah diberikan Allah SWT. Sebut saja nikmat udara, nikmat mata (panca indera berfungsi dengan baik), nikmat bisa melangkahkan kaki dengan bisa mengadakan perjalanan yang jauh, nikmat karena adanya keluarga yang menyenangkan hati, nikmat diterima di pekerjaan saat ini. Tak terhitung. Lantas bagaimana sikap kita dalam menyikapi berbagai nikmat yang Allah SWT berikan? Berikut sikap seorang muslim dalam merespon berbagai nikmat Allah SWT.   Pertama. Karena kita tidak mungkin menghitung nikmat Allah maka berdasarkan Qs. Ibrahim/ 7: 14 tugas kita adalah mensyukuri nikmat Allah SWT. Dinyatakan, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat””. Siapapun yang bersyukur -berdasarkan ayat ini- maka akan Allah tambah nikmat-Nya namun jika ingkar, Allah juga memaklumkan bahwa siksaan-Nya sangat pedih. Bahasa sederhananya adalah jangan main-main dengan nikmat Allah SWT. Sikap syukur akan menghasilkan munculnya nikmat-nikmat Allah lainnya. Syukur adalah menampakkan nikmat Allah dan mengakui bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat bukan lainnya. Allah SWT sangat senang jika nikmat yang diberikan-Nya digunakan sebagaimana kehendak-Nya.   Syeh Ibnu Athoillah As-Sakandari dalam kitab Al Hikam berkata:“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat-nikmat, maka berarti ia berusaha untuk hilangnya nikmat itu, dan siapa yang bersyukur atas nikmat-nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kokoh.” Kedua, nikmat yang diberikan Allah SWT bisa jadi bukan semata untuk kita nikmati sendiri, ia bisa menjadi perantara untuk tersampaikannya nikmat Allah untuk orang lain melalui tangan kita. Dalam konteks ini, berbahagialah jika kita dijadikan Allah sebagai perantara bagi orang lain untuk tersampaikannya nikmat Allah. “Siapa yang membantu hajat saudaranya maka Allah akan membantunya dalam hajatnya”. (HR. Bukhari). Siapa diantara kita yang tidak memiliki hajat? Sejak lahir kita sudah perlu dengan berbagai hal untuk terpenuhinya hajat kita. Bagaimana suasana hati kita kala hajat kita dibantu untuk diselesaikan oleh orang lain? Senang dan gembira. Ketika kita mendapati hal demikian mungkin saja di waktu yang lalu kita pernah membantu menyelesaikan hajat saudara kita, Allah SWT Maha Melihat kelakuan hamba-Nya. Balasan Allah SWT akan tiba pada orang yang tepat dan diwaktu yang tepat pula. Ketiga, wujud syukur hendaknya tidak berhenti pada datangnya nikmat atau materi itu sendiri, tapi bersyukurlah bahwa Allah SWT sebagai Zat Pemberi Nikmat masih memberi nikmat kepada kita. Jika seseorang bersyukur sebatas karena materi nikmat maka ketahuilah itu pertanda betapa dangkalnya ia memahami nikmat. Contoh sederhananya adalah jika si A diberi uang Rp. 5 juta maka rasa syukurnya luar biasa namun kala diberi uang Rp. 100 ribu rasa terimakasih biasa-biasa saja. Perbedaan wujud syukur dengan jumlah uang berbeda menunjukkan bahwa ia masih mensyukuri nikmat itu sebatas materi nikmat itu sendiri. Pemahaman yang bagaimana seharusnya? Seharusnya adalah memahamkan diri bahwa apapun dan berapapun nikmat itu tetap bersyukur bahwa Sang Pemberi Nikmat masih memberi nikmat kepada hamba-Nya. Sikap ini akan memperteguh keyakinan kita bahwa nikmat atau musibah sekalipun adalah berdasarkan ketentuan Allah SWT.**

BERITA

IPIM Kalbar Luncurkan Website Resmi sebagai Media Sosialisasi dan Pembinaan Imam Masjid

PONTIANAK – Pengurus Wilayah Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Kalimantan Barat meluncurkan situs web resmi mereka, https://ipimkalbar.org, pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H. Peluncuran ini dipimpin oleh Ketua Bidang Media dan Humas PW IPIM Kalbar, Dr. Sumin, M.Si., di hadapan jajaran Pengurus Wilayah IPIM Kalimantan Barat serta Pengurus Daerah Kota Pontianak yang baru dilantik.   Website https://ipimkalbar.org dirancang sebagai platform untuk memperluas jangkauan sosialisasi dan interaksi organisasi dengan para imam masjid di seluruh Provinsi Kalimantan Barat. Menurut Dr. Sumin, M.Si., situs ini bertujuan untuk merangkul para imam masjid dengan semangat “Menjalin Ukhuwah, Menebar Cahaya Islam Wasathiyah.” Fitur-fitur yang tersedia meliputi publikasi berita kegiatan IPIM, penyebaran khutbah dan kajian Islam moderat, serta agenda yang mencakup pembinaan imam, khatib, dan kajian keislaman bagi masyarakat luas. Selain itu, website ini juga menyediakan informasi tentang agenda internal organisasi IPIM, sehingga dapat menjadi pusat informasi dan komunikasi bagi seluruh anggota dan pengurus IPIM di Kalimantan Barat.   Peluncuran website ini menjadi tonggak baru upaya IPIM Kalbar dalam memperkuat jalinan komunikasi dan kerjasama dengan para imam masjid di seluruh wilayah provinsi pada era digital. “Website IPIM Kalbar diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat serta menjadi wadah pembinaan yang efektif bagi para imam masjid,” ujar Dr. Sumin, M.Si.   Keberadaan situs https://ipimkalbar.org menjadi salah satu langkah nyata IPIM Kalbar dalam memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung dakwah dan kepemimpinan imam masjid di Kalimantan Barat. Harapannya, seluruh kegiatan dan program IPIM dapat lebih mudah diakses dan diikuti oleh masyarakat luas, terutama para imam masjid yang menjadi ujung tombak dalam menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

BERITA

Pengurus Daerah IPIM Kota Pontianak Diresmikan: Semangat Baru di Hari Peringatan Maulid Nabi

PONTIANAK – Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Provinsi Kalimantan Barat, Al-Ustadz Muammar Khadafi, Lc., M.A., Al-Hafidz, resmi melantik kepengurusan baru Pimpinan Daerah (PD) IPIM Kota Pontianak untuk masa khidmat 2024-2029. Pelantikan berlangsung khidmat di Aula Khatulistiwa, Kompleks YKIK Al Azhar, Jalan Ahmad Yani, Pontianak, pada Minggu (22/9/2024).   Sebanyak 25 pengurus baru IPIM Kota Pontianak dilantik berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Wilayah IPIM nomor 11/SK-PW.IPIM/7/2024. Susunan pengurus harian dipimpin oleh Prof. Dr. Rudi Kurnianto sebagai Ketua, Mauluddin sebagai Sekretaris, dan H. Supardi sebagai Bendahara. Struktur kepengurusan ini juga mencakup bidang-bidang seperti pengembangan organisasi masjid, pembinaan imam masjid, ekonomi, serta media dan humas. Al-Ustadz Muammar Khadafi berharap kepengurusan baru ini mampu menjalankan amanah dengan baik dan terus meningkatkan kualitas imam masjid di Kota Pontianak. “Semoga para pengurus yang baru dilantik dapat bekerja optimal dan membawa perubahan positif bagi kualitas imam masjid di wilayah Kota Pontianak,” ucapnya saat mengukuhkan pengurus baru. Pelantikan dihadiri oleh PJ Walikota Pontianak, Ani Sofian, perwakilan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pontianak, Wakil Ketua PC Pergunu Kota Pontianak, serta sejumlah wakil dari pengurus masjid di Kota Pontianak. Kehadiran para tamu undangan VIP ini menambah semarak dan khidmatnya acara pelantikan.     Rangkaian acara juga termasuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H. Tausiyah disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., Ketua Umum Pimpinan Pusat IPIM, yang hadir secara daring. Ceramah ini menekankan pentingnya keteladanan Rasulullah SAW bagi para imam masjid dan pemimpin umat, serta menjadi penutup acara yang penuh keberkahan.

BERITA

Pengurus Wilayah IPIM Kalimantan Barat Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Prof. Nasaruddin Umar Sampaikan Tausiyah Secara Daring

PONTIANAK – PW Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Kalimantan Barat mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H di Aula Khatulistiwa, Kompleks Kampus Al Azhar Ahmad Yani Pontianak, pada Jumat (22/9). Acara ini diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Rasulullah SAW dan sekaligus melantik kepengurusan baru Pimpinan Daerah (PD) IPIM Kota Pontianak masa khidmat 2024-2029 serta peluncuran situs web resmi IPIM Kalimantan Barat, ipim-kalbar.org. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Ketua Umum Pimpinan Pusat IPIM, hadir secara daring melalui video conference untuk memberikan tausiyah kepada para peserta yang hadir secara langsung maupun yang mengikuti secara daring melalui Zoom dan TV Mujahidin Pontianak. Dalam pemaparannya selama sekitar 90 menit, Prof. Nasaruddin mengangkat tema keteladanan Rasulullah SAW dalam peran dan fungsi imam masjid. “Kepemimpinan yang sempurna tercermin pada sosok Rasulullah SAW, yang dinilai oleh Michael Hart sebagai manusia paling berpengaruh dan sukses, menempati peringkat pertama dalam bukunya. Nabi Muhammad SAW adalah manajer dan pemimpin terbaik. Tidak mudah menemukan seseorang dengan karakter ini, karena biasanya seseorang hanya unggul dalam salah satu aspek, entah sebagai manajer atau pemimpin,” ujar Prof. Nasaruddin. Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini juga menekankan pentingnya karakter yang harus dimiliki oleh seorang imam masjid, seperti tawadhu, amanah, qonaah, dan muruah. “Karakter-karakter ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau juga berani mengambil keputusan dalam berbagai situasi. Sosok imam masjid seharusnya bisa meneladani kepemimpinan Rasulullah SAW ini,” tambahnya. Selain memberikan tausiyah, Prof. Nasaruddin juga menyampaikan ucapan selamat kepada PD IPIM Kota Pontianak atas pelantikan kepengurusan baru yang dilakukan oleh Ketua Umum PW IPIM Kalimantan Barat, Muammar Khadafi, Lc. MH. Sebanyak 25 orang pengurus baru dilantik secara resmi dalam acara tersebut. “Saya berharap kepengurusan baru ini dapat membawa perubahan positif dan mampu meningkatkan kualitas imam masjid di Kota Pontianak,” ujarnya. PJ Walikota Pontianak, Ani Sofian, turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan sambutan. Beliau menyambut baik keberadaan organisasi ini yang berfokus pada peningkatan kualitas imam di Kota Pontianak. “Organisasi ini penting agar kualifikasi imam yang ada di masyarakat benar-benar baik, baik dari segi bacaan maupun kefasihannya. Saya juga berpesan agar seluruh persyaratan organisasi ini dapat dipenuhi agar menjadi organisasi yang kuat secara hukum dan struktural,” ucap Ani Sofian. Turut hadir perwakilan dari Kementerian Agama Kota Pontianak, Wakil Ketua PC Pergunu Kota Pontianak Yasin Baihaki, serta beberapa pengurus masjid dan imam di Kota Pontianak. Acara berjalan dengan khidmat dan diakhiri dengan doa bersama untuk kebaikan dan kemajuan IPIM serta umat Islam di Kalimantan Barat. (sh-hz)  

© 2024 Created by: Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Kalimantan Barat, Indonesia